“Wujudkan Pramuka sebagai Pelaku Perubahan untuk Membangun Bangsa yang Bermartabat”
javascript:void(0)

Kamis, Mei 12, 2016

Edaran, Juklak, Formulir dan Kisi-Kisi Permainan Menarik LATGAB 2016

Berikut kami sampaikan Edaran, Juklak, Formulir dan Kisi-Kisi Permainan Menarik
Mohon diisi,  email ke pramukawipa@gmail.com serta dicetak dan dibawa pada saat Latgab 2016. Kisi2 ini akan menjadi dokumen bersama dan akan dibukukan.

1. Surat Edaran
2. Juklak
3. Formulir
4. Kisi-Kisi Permainan Menarik


Reka Kerja Latgab 2016 selanjutnya ...

Selasa, Mei 10, 2016

Petunjuk Pelaksanaan Latgab Pramuka Penegak Tahun 2016


PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN LATIHAN GABUNGAN PRAMUKA PENEGAK TAHUN 2016

LATAR BELAKANG

Secara konstitusional, pendidikan nasional: “...berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Dalam Kurikulum 2013, pendidikan kepramukaan ditetapkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib. Hal ini mengandung makna bahwa pendidikan kepramukaan merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang secara sistemik diperankan sebagai wahana penguatan psikologis-sosial-kultural (reinfocement) perwujudan sikap dan keterampilan kurikulum 2013 yang secara psikopedagogis koheren dengan pengembangan sikap dan kecakapan dalam pendidikan kepramukaan. Dengan demikian pencapaian Kompetensi Inti Sikap Spiritual (KI-1), Sikap Sosial (KI-2), dan Keterampilan (KI-3) memperoleh penguatan bermakna (meaningfull learning) melalui fasilitasi sistemik-adaptif pendidikan kepramukaan di lingkungan satuan pendidikan.

Koherensi proses pembelajaran yang memadukan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler, didasarkan pada dua alasan dalam menjadikan Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib. Pertama, dasar legalitasnya jelas yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka. Kedua, pendidikan kepramukaan mengajarkan banyak nilai-nilai, mulai dari nilai-nilai Ketuhanan, kebudayaan, kepemimpinan, kebersamaan, sosial, kecintaan alam, hingga kemandirian. Dari sisi legalitas pendidikan kepramukaan merupakan imperatif yang bersifat nasional, hal itu tertuang dalam Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka.

Menyadari hal tersebut diatas, diperlukan penyiapan dan peningkatan kualitas dan kapasitas calon Pembina Pramuka melalui kegiatan pendidikan yang terstruktur dan sistematis dalam bentuk Latihan Gabungan Pramuka Penegak.

NAMA KEGIATAN

Kegiatan ini dinamakan Latihan Gabungan Pramuka Penegak Tahun 2016 yang kemudian disebut Latgab 2016

DASAR PENYELENGGARAAN

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka

2. Keputusan Munaslub Gerakan Pramuka Tahun 2012 Nomor 05/Munaslub/2012 tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka.
3. Keputusan Kwarnas No. 176 Tahun 2013 Tentang Pola dan Mekanisme Pembinaan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2014 Tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah
5. Program Kerja Pramuka Pandega Gugusdepan Surabaya 1815-1816 masa bakti 2014-2016.

TUJUAN

Memberikan bekal pengetahuan dan pengalaman praktis  bagi Pramuka Penegak yang merupakan calon Pembina Pramuka.

SASARAN

Diharapkan setelah mengikuti kegiatan Latgab 2016 peserta dapat:

1. Memahami, menghayati dan melaksanakan, UU No. 12 Tahun 2010, AD dan ART Gerakan Pamuka.

2. Menjelaskan tentang kepramukaan serta perkembangannya

3. Menerapkan kepramukaan secara efektif dan efisien dalam membina pramuka sesuai dengan golongannya.

4. Mampu menyiapkan diri untuk membina dan mengembangkan mental, fisik, intelektual, emosional dan sosial sesuai dengan golongannya sehingga dia mampu berperan positif dalam masyarakat lingkungannya.

5. Menerapkan kepemimpinan yang dijiwai dan bersumber pada prinsip dasar kepramukaan dan kode kehormatan pramuka.

6. Mengelola program kegiatan peserta didik (prodik) sesuai dengan golongannya dan mengelola satuannya

TEMA DAN MOTO

1. Tema : Satyaku Ku Darmakan, Darmaku Ku Baktikan

2.  Moto : “Tidak ada Pramuka yang terlatih, yang ada hanya Pramuka yang giat berlatih”

WAKTU DAN TEMPAT

Kegiatan ini akan diadakan pada :

Hari : Sabtu – Minggu

Tanggal : 28-29 Mei 2016

Jam : Sabtu Jam 14.30 WIB s.d Minggu jam 13.00 WIB

Tempat : Kampus I UWP, Jl. Raya Benowo No. 1-3 Surabaya

PESERTA

1. Kegiatan ini diikuti oleh Pramuka Penegak yang berasal dari Gugusdepan yang berpangkalan di SMA/SMK/MA di Surabaya dan Gresik.

2. Peserta mendapatkan rekomendasi dari Pembina Gugusdepan

3. Menyerahkan Biodata dan persyaratan administrasi lainnya sesuai Petunjuk Pelaksanaan Latgab 2016

KEGIATAN

1. Kegiatan Latgab 2016 merupakan kegiatan oleh, dari dan untuk Penegak sendiri, dimana mereka saling memberikan materi-materi teraktual di Kepramukaan.

2. Materi Latgab 2016, meliputi :

a. Belajar meraih prestasi dengan Teknik NLP

b. Permainan Menarik (Kisi-Kisi Permainan menarik bisa di download disini)

c. Pertolongan Pertama Gawat Darurat

d. Survival dan Navigasi Darat

e. Pembentukan Forum Penegak Surabaya dan Gresik

3. Jadual Kegiatan ditata sebagai berikut:

Hari Pertama, Sabtu, 28 Mei 2016

14.30-15.00 Registrasi Peserta

15.00-15.30 Upacara Pembukaan

15.30-17.30 Welcome Party

17.30-18.30 Giat Pribadi, Makan, Shalat Berjamaah

18.30-20.30 Teknik Belajar Menyenangkan dengan Metode NLP

Pembentukan Forum Penegak Surabaya – Gresik

Permainan Menarik I

20.30-21.00 Forum Penegak

21.00-22.00 Adat Ambalan

22.00- ….   Istirahat Malam

Hari Kedua, Minggu, 29 Mei 2016

04.00-06.00 Giat Pribadi, Shalat Berjamaah

06.00-07.30 Bugar Pagi dan Sarapan

07.30-10.00 Permainan Menarik II

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

Survival dan Navigasi Darat

10.00-10.30 Pembuatan Komitmen Penegak

10.30-11.00 Upacara Penutupan

PENYELENGGARA

Kegiatan ini diselenggarakan UKM Pramuka – Pramuka Pandega Gugusdepan Surabaya 1815-1816 yang berpangkalan di Kampus Universitas Wijaya Putra bekerjasama dengan Forum Pembina Pramuka Penegak Surabaya dan Gresik.

PEMBIAYAAN

1. Kegiatan ini dibiayai secara mandiri oleh Penyelenggara dan Peserta

2. Seluruh biaya aktivitas kegiatan dibebankan kepada penyelenggara dan kepada peserta hanya dibebankan biaya sebesar Rp. 15.000,-/orang dengan fasilitas; scraft, materi dan piagam penghargaan.

3. Setiap Peserta dan Pembina Pendamping akan mendapatkan piagam keikutsertaan

PERLENGKAPAN PESERTA

1. Setiap sangga diharapkan membawa :

a. Tenda Dom

b. Tikar

c. Perlengkapan masak dan bahan masak (jika diperlukan)

d. Administrasi Sangga

e. Perlengkapan kegiatan lainnya yang diperlukan

f.  Kisi-Kisi Permainan Menarik yang bisa didownload di sini

2. Setiap peserta diharapkan membawa :

a. Seragam Pramuka Lengkap

b. Seragam Lapangan/Kaos Olah Raga

c. Alat Tulis

d. Perlengkapan shalat dan pribadi

e. Obat-obatan pribadi

PENUTUP

Demikian Petunjuk Pelaksanaan ini disusun sebagai pedoman Latihan Gabungan Pramuka Penegak Tahun 2016. Hal-hal yang belum ditetapkan dan diatur dalam petunjuk pelaksanaan ini akan diatur kemudian melalui musyawarah mufakat Pembina Pendamping Latgab 2016. Selanjutnya atas dukungan dari berbagai pihak sangat kami harapkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.


Surabaya, 9 Mei 2016

Reka Kerja,

Ferdiana Ananda Lestari

Klik untuk download Surat Edaran, Juklak dan Formulir LATGAB 2016
selanjutnya ...

Jumat, April 04, 2014

Peta

PETA TOPOGRAFI Pendahuluan Sebagai orang yang mengaku dekat dengan alam, pengetahuan peta dan kompas serta cara penggunaannya mutlak dan harus dimiliki. Perjalanan ke tempat-tempat yang jauh dan tidak dikenal akan lebih mudah. Pengetahuan bernavigasi darat ini juga berguna bila suatu saat tenaga kita diperlukan untuk usaha-usaha pencarian dan penyelamatan korban kecelakaan atau tersesat di gunung dan hutan, dan juga untuk keperluan olahraga antara lain lomba orienteering. Navigasi darat adalah suatu cara seseorang untuk menentukan posisi dan arah perjalanan baik di medan sebenarnya atau di peta, dan oleh sebab itulah pengetahuan tentang kompas dan peta serta teknik penggunaannya haruslah dimiliki dan dipahami. Peta Secara umum, peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) keseluruhan atau sebagian dari permukaan bumi yang diproyeksikan dengan perbandingan/skala tertentu. Peta sendiri, kemudian berkembang sesuai dengan kebutuhan dan penggunaannya.Untuk keperluan navigasi darat umumnya digunakan peta topografi. Peta Topografi Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti menggambar. Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Walaupun peta topografi memetakan tiap interval ketinggian tertentu, namun disertakan pula berbagai keterangan pula yang akan membantu untuk mengetahui secara lebih jauh mengenai daerah permukaan bumi yang terpetakan tersebut, keterangan - keterangan itu disebut legenda peta Legenda peta antara lain berisi tentang : a. Judul Peta Judul peta ada dibagian tengah atas. judul peta menyatakan lokasi yang ditunjukkan oleh peta yang bersangkutan, sehingga lokasi yang berbeda akan mempunyai judul yang berbeda pula b. Nomor Peta Nomor peta biasanya dicantumkan diselah kanan atas peta. Selain sebagai nomor regisrtasi dari badan pembuat, nomor peta juga berguna sebagai petunjuk jika kita memerlukan peta daerah lain disekitar suatu daerah yang terpetakan. Biasanya di bagian bawah disertakan pula lembar derajat yang mencantumkan nomor-nomor peta yang ada disekeliling peta tersebut c. Koordinat Peta Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yaitu garis-garis yang saling berpotongan tegak lurus. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua, yaitu : 1. Koordinat Geografis Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus terhadap katulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan katulistiwa. Koodinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit, dan detik. 2. Koordinat Grid Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak terhadap suatu titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan nol terdapat disebelah barat Jakarta (60 derajat LU, 68 derajat BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan garis horizontal diberi nomor urut dari barat ke timur.Sistem koordinat mengenal penomoran dengan 6 angka, 8 angka dan 10 angka. Untuk daerah yang luas dipakai penomoran 6 angka, untuk daerah yang lebih sempit digunakan penomoran 8 angka dan 10 angka (biasanya 10 angka dihasilkan oleh GPS). d. Kontur Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang berketinggian sama dari permukaan laut, sifat-sifat garis kontur adalah : 1. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu. 2. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi. 3. Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang. 4. Interval kontur biasanya 1/2000 kali skala peta. 5. Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan bumi yang curam/terjal, sebaliknya yang renggang menandakan permukaan bumi yang landai 6. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U" menandakan punggungan gunung. 7. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V" terbalik menandakan suatu lembah/jurang. e. Skala Peta Skala peta adalah perbandingan antara jarak pada peta dengan jarak horizontal di lapangan. Ada dua macam cara penulisan skala, yaitu : 1. Skala angka, contoh : 1:25.000 berarti 1 cm jarak dipeta = 25.000 cm (250 m) jarak horizontal di medan sebenarnya. 2. Skala garis, contoh : berarti tiap bagian sepanjang blok garis mewakili 1 km jarak horizontal. f. Legenda Peta Legenda peta biasanya disertakan pada bagian bawah peta. Legenda ini memuat simbol-simbol yang dipakai pada peta tersebut, yang penting diketahui : triangulasi, jalan setapak, jalan raya, sungai, pemukiman, ladang, sawah, hutan dan lainnya. Di Indonesia, peta yang umumnya digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, kemudian peta dari Jawatan Topologi, atau yang sering disebut peta AMS (American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960. Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna. g. Tahun Peta Peta topografi juga memuat keterangan tentang tahun pembuatan peta tersebut, semakin baru tahun pembuatannya, maka data yang disajikan semakin akurat. h. Arah Peta Yang perlu diperhatikan adalah arah Utara Peta. Cara paling mudah adalah dengan memperhatikan arah huruf-huruf tulisan yang ada pada peta. Arah atas tulisan adalah Arah Utara Peta. Pada bagian bawah peta biasanya juga terdapat petunjuk arah utara yaitu : 1. Utara sebenarnya/True North : yaitu utara yang mengarah pada kutub utara bumi. 2. Utara Magnetis/Magnetic North : yaitu utara yang ditunjuk oleh jarum magnetis kompas, dan letaknya tidak tepat di kutub utara bumi. 3. Utara Peta/Map North : yaitu arah utara yang terdapat pada peta. Kutub utara magnetis bumi letaknya tidak bertepatan dengan kutub utara bumi. Karena pengaruh rotasi bumi, letak kutub magnetis bumi bergeser dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, untuk keperluan yang menuntut ketelitian perlu dipertimbambangkan adanya iktilaf(deklinasi) peta, iktilaf magnetis, iktilaf peta magnetis, dan variasi magnetis. 1. Deklinasi Peta: adalah beda sudut antara sebenarnya dengan utara peta. Ini terjadi karena perataan jarak paralel garis bujur peta bumi menjadi garis koordinat vertikal yang digambarkan pada peta 2. Deklinasi Magnetis: Selisih beda sudut utara sebenarnya dengan utara magnetis 3. Deklinasi Peta magnetis: Selisih besarnya sudut utara peta dengan utara magnetis bumi 4. Variasi Magnetis: perubahan/pergeseran letak kutub magnetis bumi pertahun Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Peta topografi mengacu pada semua ciri-ciri permukaan bumi yang dapat diidentifikasi, apakah alamiah atau buatan, yang dapat ditentukan pada posisi tertentu. Oleh sebab itu, dua unsur utama topografi adalah ukuran relief (berdasarkan variasi elevasi axis) dan ukuran planimetrik (ukuran permukaan bidang datar). Peta topografi menyediakan data yang diperlukan tentang sudut kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai, vegetasi secara umum dan pola urbanisasi. Peta topografi juga menggambarkan sebanyak mungkin ciri-ciri permukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-batas skala. Peta topografi dapat juga diartikan sebagai peta yang menggambarkan kenampakan alam (asli) dan kenampakan buatan manusia, diperlihatkan pada posisi yang benar. Selain itu peta topografi dapat diartikan peta yang menyajikan informasi spasial dari unsur-unsur pada muka bumi dan dibawah bumi meliputi, batas administrasi, vegetasi dan unsur-unsur buatan manusia. Peta topografi ialah peta yang menunjukkan keadaan muka bumi sesebuah kawasan, selalunya menggunakan garisan kontur dalam peta moden. Peta topografi mestilah mempunyai garisan lintang dan garisan bujur dan titik pertemuannya menghasilkan koordinat. Koordinat ialah titik persilangan antara garisan lintang dan bujur. Peta topografi yang piawai biasanya menggunakan skala 1:50,000. Skala begini dapat menunjukkan sesebuah kawasan seluas Putrajaya dengan lebih lengkap dan sempurna. Peta topografi memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan dengan peta rupa bumi. Peta topografi ialah peta yang menunjukkan keadaan muka bumi sesebuah kawasan, selalunya menggunakan garisan kontur dalam peta moden. Peta topografi mestilah mempunyai garisan lintang dan garisan bujur dan titik pertemuannya menghasilkan koordinat. Koordinat ialah titik persilangan antara garisan lintang dan bujur. Peta topografi yang piawai biasanya menggunakan skala 1:50,000. Skala begini dapat menunjukkan sesebuah kawasan seluas Putrajaya dengan lebih lengkap dan sempurna. Peta topografi memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan dengan peta rupa bumi. Peta topografi dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, serta dapat digunakan sebagai peta dasar (base map) dalam pembuatan peta tematik, seperti peta arkeologi dan peta turis (lihat Prihandito 1989: 17). Dalam survei arkeologi, peta topografi berguna untuk memperoleh gambaran umum tentang wilayah yang diteliti. Dalam kondisi tertentu, misalnya medan survei yang terlalu berat, peta yang sudah ada dapat dipakai untuk memplotkan temuan arkeologis. Pemetaan tersebut, meskipun hanya bersifat sementara, sangat efektif untuk menyimpan dan menyelamatkan data arkeologis (Hascaryo dan Sonjaya 2000: 1). Data dari peta topografi yang diambil untuk membuat peta arkeologi hanya satu atau dua unsur saja, tergantung dari skala dan tujuan pembuatan peta arkeologi itu. Data tersebut digunakan sebagai latar belakang penempatan dan orientasi secara geografis. Selain peta topografi, yang dapat digunakan sebagai peta dasar antara lain adalah foto udara, peta geologi, dan peta administratif (Hascaryo dan Sonjaya 2000: 10). Besar skala peta dasar yang dibutuhkan untuk membuat peta arkeologi tergantung pada luas wilayah yang akan dipetakan, yaitu: 1. Wilayah seluas provinsi memerlukan peta dasar berskala 1:100.000 sampai dengan 1:250.000; 2. Wilayah seluas kabupaten memerlukan peta dasar berskala 1:50.000 sampai dengan 1:100.000; 3. Wilayah setingkat kecamatan, desa, atau situs memerlukan peta dasar berskala 1:10.000 sampai dengan 1:25.000 (Wasisto 1998, dikutip dalam Hascaryo dan Sonjaya 2000:10). MEMAHAMI PETA TOPOGRAFI a. MEMBACA GARIS KONTUR 1. Punggungan Gunung Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U dimana Ujung dari huruf U menunjukan tempat atau daerah yang lebih pendek dari kontur diatasnya. 2. Lembah atau Sungai Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V terbalik) dengan Ujung yang Tajam. 3. Daerah landai datar dan terjal curam Daerah datar/landai garis konturnya jarang, sedangkan daerah terjal/curam garis konturnya rapat. b. MENGHITUNG HARGA INTERVAL KONTUR Pada peta skala 1:50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari interval kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua peta, pada peta GUNUNG MERAPI/1408-244/JICA TOKYO-1977/1:25.000, tertera dalam legenda peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta. Jadi untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang baku, namun dapat dicari dengan: Cari dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misalnya titik A dan B 1. Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B) 2. Hitung jumlah kontur antara A dan B 3. Bagilah selisih ketinggian antara A-B dengan jumlah kontur antara A-B hasilnya adalah interval kontur. c. UTARA PETA Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama-tama carilah utara peta tersebut. selanjutnya lihat judul peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian atas dari peta). Atau lihat tulisan nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah bagian atas dari tulisan tersebut. d. MENGENAL TANDA MEDAN Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan orientasi harus juga digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan mudah dikenal di peta, disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum berangkat ke lapangan, yaitu: 1. Lembah antara dua puncak 2. Lembah yang curam 3. Persimpangan jalan atau ujung desa 4. Perpotongan sungai dengan jalan setapak 5. Percabangan da kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain 6. Untuk daerah yang datar dapat digunakan, persimpangan jalan dan percabangan sungai, jembatan dan lain-lain. e. MENGGUNAKAN PETA Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah tentu titik awal dan titik akhir akan diplot di peta. Sebelum berjalan catatlah: 1. Koordinat titik awal (A) 2. Koordinat titik tujuan (B) 3. Sudut peta antara A – B 4. Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A – B 5. Berapa panjang lintasan antara A - B dan berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan lintasan A – B 6. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balik di medan maupun di peta 7. Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan peta 8. Gunakan kompas untuk melihat arah kita, apakah sudah sesuai dengan tanda medan yang kita gunakan sebagai patokan, atau belum. 9. Perkirakan berapa jarak lintasan. Misalnya, medan datar 5 km ditempuh selama 60 menit dan medan mendaki ditempuh selama 10 menit. 10. Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan. 11. Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan perubahan arah perjalanan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan lainnya-lainnya. 12. Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara pada peta dibuatkan lintasan dengan jalan membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan dengan skala peta. Gambar garis lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk peta. Panjang lintasan diukur dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan panjang lintasan sebenarnya. f. MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA Plotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan tanda-tanda tertentu di peta. Plotting berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim Camp berada pada koordinat titik A (3989 : 6360) + 1400 m dpl. Basecamp memerintahkan tim Camp agar menuju koordinat titik T (4020 : 6268) + 1301 m dpl. Maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah: 1. Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan dimulai dari sumbu X dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y). 2. Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tarik garis dari A ke T, kemudian dengan busur derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A - T dari titik A ke arah garis AT. Pembacaan sudut menggunakan sistem Azimuth (0" - 360°) searah putaran jarum jam. Sudut ini berguna untuk mengorientasikan arah dari A ke T. Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T. Interprestasi ini dapat berupa garis lurus ataupun berkelok-kelok mengikuti jalan setapak, sungai ataupun punggungan. Harus dipahami betul bentuk garis-garis kontur. Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tempuh: 1. Kemiringan lereng dan Panjang lintasan 2. Keadaan dan kondisi medan (misalnya hutan lebat, semak berduri atau pasir) 3. Keadaan cuaca rata-rata 4. Waktu pelaksanaan (pagi, siang atau malam) 5. Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa. g. MEMBACA KOORDINAT Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu: 1. Cara koordinat peta Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukan koordinat ini meggunakan: Sistem Enam Angka, misalnya: koordinat titik A (374:622), titik B (377:461) Cara Delapan Angka, misalnya: koordinat titik A (3740:6225), titik B (3376:4614) 2. Cara Koordinat Geografis Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 44' 27,79". Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di sebelah barat Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah garis ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk letak peta. h. SUDUT PETA Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam. Sistem pembacaan sudut dipakai Sistem azimuth (0° - 360°). Sistem Azimuth adalah sistem yang menggunakan sudut-sudut mendatar yang besarnya dihitung atau diukur sesuai dengan arah jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah utara). Bertujuan untuk menentukan arah-arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan. Sistem perhitungan sudut dibagi menjadi dua berdasarkan sudut kompasnya. i. AZIMUTH SUDUT KOMPAS Back azimuth: bila sudut kompas > 180° maka sudut kompas dikurangi 180°. Bila sudut kompas < 1080 =" 37,1km" km =" 3.710.000" 1km =" 3.710.000" 000 =" 74,2" 1 =" 1.855.000cm"> Peta topografi adalah peta yang memiliki informasi tentang ketinggian permukaan tanah pada suatu tempat terhadap permukaan laut, yang digambarkan dengan garis-garis kontur. Informasi topografi yang terdapat pada peta topografi dapat digunakan untuk membuat model tiga dimensi dari permukaan tanah pada peta tersebut. Dengan model tiga dimensi maka objek pada peta dilihat lebih hidup seperti pada keadaan sesungguhnya di alam, sehingga untuk menganalisa suatu peta topografi dapat lebih mudah dilakukan. Sebagai bagian dari komunitas ahli ilmu kebumian, kita pasti sudah tidak asing lagi dengan peta topografi. Peta topografi ini penting, karena sebagai peta dasar, nantinya dapat digunakan sebagaidasar bagi pengembangan sebagai peta-peta tematik lainnya. Di Indonesia, khususnya pada tambang batubara, di mana keberadaan potensi batubaranya masih banyak yang dijumpai pada kedalaman kecil (dangkal), maka tambang terbuka adalah pilihan yang paling tepat dan ekonomis. Tetapi di Jepang, di mana peraturan tentang perubahan bentang alam (morfologi) sangat ketat, semua tambang batubara yang beroperasi pada abad 20,menerapkan tambang bawah tanah. Ketetapan tersebut juga mensyaratkan potensi batubara yangberada pada kedalaman 250 meter di bawah dasar cekungan air (laut maupun danau) tidak boleh ditambang. Dalam hal ini peta topografi tidak akan banyak gunanya bagi perencanaan tambang, kecuali untuk penempatan fasilitas-fasilitas tambang yang memang harus berada di permukaan. Untuk kebutuhan perencanaan tambang terbuka, peta topografi memegang peranan sentral, karena dari sini nantinya akan diturunkan beberapa satuan peta, seperti: 1. Peta hasil eksplorasi, yang memuat informasi tentang posisi singkapan batubara, posisi titik bor, dll. 2. Peta ketebalan batubara 3. Peta ketebalan overburden 4. Peta distribusi fungsi kualitas, misalnya kadar sulfur, distribusi kalori, dll. 5. Peta jalan tambang dan kemiringan lereng 6. Peta kemajuan tambang 7. Peta perencanaan drainase tambang (peta penyaliran) Dan lain-lain Dengan demikian pemahaman tentang peta topografi bagi seorang perencana tambang adalah mutlak. Jenis Peta Jenis-jenis peta bisa dikelompokkan berdasarkan isi, skala, penurunan serta penggunaannya. 1. Pengelompokan peta berdasarkan isinya: seperti, Peta Hidrografi (Peta Bathymetri), Peta Geologi, Peta Kadaster (peta kepemilikan tanah), Peta Irigasi (jaringan saluran air) dan lain-lain. 2. Pengelompokan peta berdasarkan skalanya: peta skala besar (1 : 10.000 atau lebih besar), peta skala sedang (1 : 10.000 - 1 : 100.000), peta skala kecil (< 1 : 100.000). 3. Peta berdasarkan penurunan dan penggunaan: Peta Dasar, digunakan untuk membuat peta turunan dan perencanaan umum maupun pengembangan suatu wilayah, 4. Peta Tematik, dibuat atau diturunkan berdasarkan peta dasar dan memuat tema-tema tertentu. Peta tanpa skala akan mengurangi arti dan fungsinya atau bahkan tidak berguna. Skala peta menunjukkan ketelitian dan kelengkapan informasi yang tersaji dalam peta. Peta skala besar lebih teliti dan lebih lengkap dibandingkan peta skala kecil. Skala peta bisa dinyatakan dengan: persamaan (engineer's scale), skala perbandingan, skala numeris atau skala fraksi (numerical or fractional scale) dan grafis (graphical scale). Susunan Peta Peta merupakan media untuk menyimpan dan menyajikan informasi tentang rupa bumi dengan penyajian pada skala tertentu. Untuk memudahkan pengelolaan dan pencarian, dibuat indeks peta dalam bentuk teks atau grafis. Gambar unsur rupa bumi pada skala tertentu tidak selalu dapat disajikan sesuai ukurannya karena terlalu kecil untuk digambarkan. Bila unsur itu dianggap penting untuk disajikan, maka penyajiannya menggunakan simbol gambar tertentu. Supaya peta mudah dibaca dan dipahami, maka aneka ragam informasi peta pada skala tertentu harus disajikan dengan cara-cara tertentu, yaitu: 1. Simbol 2. Warna : digunakan untuk membedakan berbagai obyek, misalnya jalan, sungai, rel dan lain-lainnya. Daftar kumpulan simbol pada suatu peta disebut legenda peta. : digunakan untuk membedakan atau merinci lebih jauh dari simbol suatu obyek, misalnya warna batupasir pada Peta Geologi berwarna kuning, batulempung berwarna hijau dll. Kumpulan simbol dan notasi pada suatu peta biasa disusun dalam satu kelompok legenda peta yang selalu disajikan dalam setiap lembar peta. Unsur legenda peta biasa dibakukan agar memudahkan pembacaan dan interpretasi berbagai peta oleh berbagai pemakai dengan berbagai keperluan. Suatu peta bernilai informasi tinggi jika di dalamnya memuat unsur-unsur, di antaranya adalah; skala peta, informasi ketinggian (atau kontur), informasi arah (biasanya utara peta), koordinat, legenda, indeks peta, serta unsur-unsur lain yang dipandang perlu. Koordinat Peta Di dalam peta yang umum kita jumpai, kita mendapatkan nilai koordinat peta dalam beberapa sistem seperti koordinat Bassel, koordinat UTM serta koordinat lokal. Pada peta topografi atau peta geologi yang digunakan di Indonesia umumnya menganut sistem koordinat UTM. Sedangkan bila kita melakukan pengukuran langsung di lapangan menggunakan alat ukur theodolite, umumnya kita menggunakan koordinat lokal. Untuk merubah koordinat lokal menjadi koordinat UTM, maka pada awal pengukuran, saat pembuatan poligon, sebelumnya harus diikatkan kepada satu titik tetap (benchmark) yang posisinya koordinat UTM-nya sudah diketahui. Sehingga dengan demikian konversi terhadap koordinat UTM dapat dilakukan. Garis Kontur Garis Kontur Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah informasi tentang tinggi (elevasi) suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajikan variasi ketinggian suatu tempat pada peta topografi, umumnya digunakan garis kontur (contour-line). Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian sama. Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap referensi tinggi tertentu. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka bentuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala. Peta topografi senantiasa harus dimutakhirkan atau direvisi, karena muka bumi berubah makin lama makin cepat dikarenakan kegiatan manusia. Metode revisi peta secara digital sementara ini dianggap sebagai metode yang terbaik. Dalam penelitian ini dilakukan revisi penggunaan lahan di peta topografi skala 1 : 25.000 dengan kategori revisi dasar, unsur peta direvisi terhadap perubahan jenis penutup dan penggunaan lahan. Revisi peta menggunakan citra Landsat Enhanched Thematic Mapper 7 (Landsat ETM 7), dengan cara menggabungkan citra multispektral resolusi 30 m dan citra pankhromatik resolusi 15 m. Penggabungan citra dilakukan dengan metode Intensity Hue Saturation (IHS). Uji akurasi peta dilakukan dengan cara membandingkan posisi dan luas di tanah dengan hasil digitasi di atas citra. Posisi di tanah diukur dengan GPS (Global Positioning System) dan luas ditanah dihitung dari data koordinat hasil pengukuran GPS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra IHS memiliki kualitas visual lebih baik dibandingkan dengan citra komposit wama RGB dan mampu memperjelas informasi spasial citra pankromatik asli. Citra IHS dapat digunakan dengan baik untuk revisi peta skala 1 : 25.000 khususnya untuk obyek pemukiman. Hasil digitasi citra IHS memiliki akurasi lebih tinggi dan kesalahan luas lebih kecil dibanding citra RGB. Akurasi digitasi terhadap citra IHS 7,98 m dan kesalahan luas rata-rata 2,04 %. Akurasi digitasi terhadap citra RGB 10,81 m dan kesalahan luas rata-rata 4,36 %. PETA TOPOGRAFI Peta adalah gambaran dari permukaan bumi yang diperkecil dengan skala tertentu sesuai dengan kebutuhan. Peta digambarkan di atas bidang datar dengan sistem proyeksi tertentu. Peta yang digunakan untuk kegiatan alam bebas adalah Pete Topografi. Peta topografi adalah suatu representasi di atas bidang datar tentang seluruh atau sebagian permukaan bumi yang terlihat dari atas dare diperkecil dengan perbandingan ukuran tertentu. Peta topografi menggambarkan secara proyeksi dari sebagian fisik bumi, sehingga dengan peta ini bisa diperkirakan bentuk permukaan bumi. Bentuk relief bumi pada peta topografi digambarkan dalam bentuk Garis-Garis Kontur. Dalam menggunakan peta topografi harus diperhatikan kelengkapan petanya, yaitu: 1. Judul Peta Adalah identitas yang tergambar pada peta, ditulis nama daerah atau identitas lain yang menonjol. 2. Keterangan Pembuatan Merupakan informasi mengenai pembuatan dan instansi pembuat. Dicantumkan di bagian kiri bawah dari peta. 3. Nomor Peta (Indeks Peta) Adalah angka yang menunjukkan nomor peta. Dicantumkan di bagian kanan atas. 4. Pembagian Lembar Peta Adalah penjelasan nomor-nomor peta lain yang tergambar di sekitar peta yang digunakan, bertujuan untuk memudahkan penggolongan peta bila memerlukan interpretasi suatu daerah yang lebih luas. 5. Sistem Koordinat Adalah perpotongan antara dua garis sumbu koordinat. Macam koordinat adalah: a. Koordinat Geografis Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (BB dan BT), yang berpotongan dengan garis lintang (LU dan LS) atau koordinat yang penyebutannya menggunakan garis lintang dan bujur. Koordinatnya menggunakan derajat, menit dan detik. Misal Co 120° 32' 12" BT 5° 17' 14" LS. b. Koordinat Grid Perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinal (y) pada koordinat grid. Kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke utara dan barat ke timur dari titik acuan. c. Koordinat Lokal Untuk memudahkan membaca koordinat pada peta yang tidak ada gridnya, dapat dibuat garis-garis faring seperti grid pada peta. Skala bilangan dari sistem koordinat geografis dan grid terletak pada tepi peta. Kedua sistern koordinat ini adalah sistem yang berlaku secara internasional. Namun dalam pembacaan sering membingungkan, karenanya pembacaan koordinat dibuat sederhana atau tidak dibaca seluruhnya. Misal: 72100 mE dibaca 21, 9° 9700 mN dibaca 97, dan lain-lain. 6. Skala Peta Adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak horisontal sebenarnya di medan atau lapangan. Rumus jarak datar dipeta dapat di tuliskan JARAK DI PETA x SKALA = JARAK DI MEDAN Penulisan skala peta biasanya ditulis dengan angka non garis (grafis). Misalnya Skala 1:25.000, berarti 1 cm di peta sama dengan 25 m di medan yang sebenarnya. 7. Orientasi Arah Utara Pada peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan sebelum menggunakan peta dan kompas, karena tiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis. Tiga arah utara tersebut adalah: a. Utara Sebenarnya (True North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu utara yang melalui Kutub Utara di Selatan Bumi. b. Utara Peta (Grid Nortb/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajar dengan garis jala vertikal atau sumbu Y. Hanya ada di peta. c. Utara Magnetis (Magnetic North/UM) diberi simbol T (anak pariah separuh), yaitu Utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu mengalami perubahan tiap tahunnya (ke Barat atau ke Timur) dikarenakan oleh pengaruh rotasi bumi. Hanya ada di medan. 8. Karena ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadi penyimpangan penyimpangan sudut, antara lain: a. Penyimpangan sudut antara US - UP balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Peta (IP) atau Konvergensi Merimion. Yang menjadi patokan adalah Utara Sebenarnya (US). b. Penyimpangan sudut antara US - UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Magnetis (IM) atau Deklinasi. Yang menjadi patokan adalah l Utara sebenarnya ((IS). c. Penyirnpangan sudut antara UP - UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Utara Peta-Utara Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi patokan adalah Utara Pela f71'). Dengan diagram sudut digambarkan 9. Garis Kontur atau Garis Ketinggian Garis kontur adalah gambaran bentuk permukaan bumi pada peta topografi. Sifat-sifat garis kontur, yaitu : a. Garis kontur merupakan kurva tertutup sejajar yang tidak akan memotong satu sama lain dan tidak akan bercabang. b. Garis kontur yang di dalam selalu lebih tinggi dari yang di luar. c. Interval kontur selalu merupakan kelipatan yang sama d. Indek kontur dinyatakan dengan garis tebal. e. Semakin rapat jarak antara garis kontur, berarti semakin terjal Jika garis kontur bergerigi (seperti sisir) maka kemiringannya hampir atau sama dengan 90°. f. Pelana (sadel) terletak antara dua garis kontur yang sama tingginya tetapi terpisah satu sama lain. Pelana yang terdapat diantara dua gunung besar dinamakan PASS. 10. Titik Triangulasi Selain dari garis-garis kontur dapat pula diketahui tinggi suatu tempat dengan pertolongan titik ketinggian, yang dinamakan titik triangulasi Titik Triangulasi adalah suatu titik atau benda yang merupakan pilar atau tonggak yang menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Macam-macam titik triangulasi a. Titik Primer, I'. 14 , titik ketinggian gol.l, No. 14, tinggi 3120 mdpl. 3120 b. Titik Sekunder, S.45 , titik ketinggian gol.II, No.45, tinggi 2340 rndpl. 2340 c. Titik Tersier, 7: 15 , titik ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975 mdpl 975 d. Titik Kuarter, Q.20 , titik ketinggian gol.IV, No.20, tinggi 875 mdpl. 875 e. Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian Antara, No.23, tinggi 670 mdpl. 670 f. Titik Kedaster, K.131 , titik ketinggian Kedaster, No.l 31, tg 1202 mdpl. 7202 g. Titik Kedaster Kuarter, K.Q 1212, titik ketinggian Kedaster Kuarter, No. 1212, tinggi 1993 mdpl. 1993 11. Legenda Peta Adalah informasi tambahan untuk memudahkan interpretasi peta, berupa unsur yang dibuat oleh manusia maupun oleh alam. Legenda peta yang penting untuk dipahami antara lain: a. Titik ketinggian b. Jalan setapak c. Garis batas wilayah d. Jalan raya e. Pemukiman f. Air g. Kuburan h. Dan Lain-Lain Peta Topografi Lengkap Bulan Pertama Berhasil Dibuat Kelompok Kajian yang dipimpin oleh Araki Hiroshi, asisten profesor pada National Astronomical Observatory Jepang berhasil membuat peta topografi lengkap bulan pertama didunia, yang menggambarkan tinggi rendahnya permukaan bulan. Menurut Situs berita Yomiuri Sabtu 14 Februari, Peta Topografi ini dibuat berdasarkan data observasi yang dikumpulkan Satelit Kaguya yang diluncurkan Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA). Berdasarkan peta itu, titik tertinggi bulan merupakan gunung yang tegak pada lingkaran kawah yang besar dan berlokasi di bagian terjauh bulan. Perbedaan ketinggian puncak gunung dibandingkan dengan ketinggian permukaan rata-rata tanah sebesar 10.75 kilometer, tiga kilometer lebih tinggi dibanding pengamatan terakhir. Sedangkan titik terendah, 9.06 kilometer. Kelompok Kajian juga mempelajari kedalaman tanah dengan menyorotkan cahaya laser dari Satelit Kaguya dan mengukur waktu yang diperlukan cahaya untuk kembali ke satelit setelah memantul dari permukaan bulan. Untuk pembuatan peta topografi ini, kelompok Kajian telah melakukan pengamatan pada 6.77 juta titik yang ada di Bulan dengan selang rata-rata lima sampai enam kilometer. Sementara peta topografi yang saat ini dipakai, dibuat berdasarkan pengamatan pada 270.000 titik dan tidak meliputi kawasan kutub. Menurut JAXA, data dapat digunakan masyarakat untuk mengkaji proses pembentukan bentang bulan saat ini. MEMBACA GARIS KONTUR 1. Punggungan Gunung Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U, dimana Ujung dari huruf U menunjukkan ternpat atau daerah yang lebih pendek dari kontur di atasnya. 2. Lembah atau Sungai Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V terbalik) dengan Ujung yang tajam. 3. Daerah landai datar dan terjal curam Daerah datar/landai garis kontumya jarang jarang, sedangkan daerah terjal/curam garis konturnya rapat. MENGHITUNG HARGA INTERVAL KONTUR Pada peta skala 1 : 50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari interval kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua peta, pada peta GUNUNG MERAPI/1408-244/JICA TOKYO-1977/1:25.000, tertera dalam legenda peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta. Jadi untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang baku, namun dapat dicari dengan: 1. Carl dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misal titik A dan B. 2. Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B). 3. Hitung jumlah kontur antara A dan B. 4. Bagilah selisih ketinggian antara A - B dengan jumlah kontur antara A - B, hasilnya adalah Interval Kontur. UTARA PETA Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama-tama carilah arah utara peta tersebut. Selanjutnya lihat Judul Peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian atas dari peta). Atau lihat tulisan nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah bagian atas dari tulisan tersebut. MENGENAL TANDA MEDAN Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan orientasi harus juga digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan mudah dikenal di peta, disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum berangkat ke lapangan, yaitu: 1. Lembah antara dua puncak 2. Lembah yang curam 3. Persimpangan jalan atau Ujung desa 4. Perpotongan sungai dengan jalan setapak 5. Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain. Untuk daerah yang datar dapat digunakan-. 1. Persimpangan jalan 2. Percabangan sungai, jembatan, dan lain-lain. MENGGUNAKAN PETA Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah tentu titik awal dan titik akhir akan diplot di peta. Sebelurn berjalan catatlah: 1. Koordinat titik awal (A) 2. Koordinat titik tujuan (B) 3. Sudut peta antara A – B 4. Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A – B 5. Berapa panjang lintasan antara A - B dan berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan lintasan A -B. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah 1. Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta. 2. Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan di peta. 3. Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita, apakah sudah sesuai dengan tanda medan yang kita gunakan sebagai patokan, atau belum. 4. Perkirakan berapa jarak lintasan. Misal medan datar 5 krn ditempuh selama 60 menit dan medan mendaki ditempuh selama 10 menit. 5. Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan. 6. Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan perubahan arah perjalanan. Misalnya dari pnggungan curam menjadi punggungan landai, berpindah punggungan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan lain-lainnya. 7. Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuat lintasan dengan jalan membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan dengan skala peta. Gambar garis lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk peta. Panjang lintasan diukur dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan panjang lintasan sebenarnya. MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA Plotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan tandatanda tertentu di peta. Plotting berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim Bum berada pada koordinat titik A (3986 : 6360) + 1400 mdpl. SMC memerintahkan Tim Buni agar menuju koordinat titik T (4020 : 6268) + 1301 mdpl. Maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah : a. Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan dimuali dari sumbu X dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y). b. Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tank garis dari A ke T, kemudian dengan busur derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A - T dari titik A ke arah garis AT. Pembacaan sudut menggunakan Sistem Azimuth (0" -360°) searah putaran jarum Jain. Sudut ini berguna untuk mengorientasi arah dari A ke T. c. Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T. Interprestasi ini dapat berupa garis lurus ataupun berkelok-kelok mengikuti jalan setapak, sungai ataupun punggungan. Harus dipahami betul bentuk garis garis kontur. Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tempuh : 1. Kemiringan lereng + Panjang lintasan 2. Keadaan dan kondisi medan (misal hutan lebat, semak berduri atau gurun pasir). 3. Keadaan cuaca rata-rata. 4. Waktu pelaksanaan (yaitu pagi slang atau malam). 5. Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa. MEMBACA KOORDINAT Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu: 1. Cara Koordinat Peta Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukkan koordinat ini menggunakan a. Sistem Enam Angka Misal, koordinat titik A (374;622), titik B (377;461) b. Cara Delapan Angka Misal, koordinat titik A (3740;6225), titik B (3376;4614) 2. Cara Koordinat Geografis Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 4$' 27,79". Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di sebelah barat kota Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah garis ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk letak peta. SUDUT PETA 1. Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam. 2. Sistem pembacaan sudut dipakai Sistem Azimuth (0° - 360°). 3. Sistem Azimuth adalah sistem yang menggunakan sudut-sudut mendatar yang besarnya dihitung atau diukur sesuai dengan arah jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah utara). Bertujuan untuk menentukan arah-arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan. 4. Sistem penghitungan sudut dibagi menjadi dua, berdasar sudut kompasnya a. AZIMUTH : SUDUT KOMPAS b. BACK AZIMUTH : Bila sudut kompas > 180° maka sudut kompas dikurangi 180°. Bila sudut kompas < 1800 maka sudut kompas ditambah 180°. TEKNIK MEMBACA PETA Prinsipnya . " Menentukan posisi dari arah perjalanan dengan membaca peta dan menggunakan teknik orientasi dan resection, bila keadaan memungkinkan " 1. Titik Awal : Kita harus tahu titik keberangkatan kita, balik itu di peta maupun di lapangan. Plot titik tersebut di peta dan catat koordinatnya. 2. Tanda Medan : Gunakan tanda medan yang jelas (punggungan yang menerus, aliran sungai, tebing, dll) sebagai guide line atau pedoman arah perjalanan. Kenali tanda medan tersebut dengan menginterpretasikan peta. 3. Arah Kompas : Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita. Apakah sesuai dengan arah punggungan atau sungai yang kita susuri. 4. Taksir Jarak : Dalam berjalan, usahakan selalu menaksir jarak dan selalu memperhatikan arah perjalanan. Kita dapat melihat kearah belakang dan melihat jumalah waktu yang kita pergunakan. Jarak dihitung dengan skala peta sehingga kita memperoleh perkiraan jarak di peta. Perlu diingat, bahwa taksiran kita itu tidak pasti. 10' X 10' untuk peta 1 : 50.000 20' X 20' untuk peta 1 : 100.000 Untuk peta ukuran 20' X 20' disebut juga LBD, sehingga pada 20' pada garis sepanjang khatulistiwa (40.068 km) merupakan paralel terpanjang. 40.068 km: (360° : 20') = 40.068 km: (360° : 1/3) = 40.068 km: (360° X 3) 40.068 km : 1080 = 37,1 km Jadi 20' pada garis sepanjang khatulistiwa adalah 37,1 km. Jarak 37,1 km kalau digambarkan dalam peta skala 1 : 50.000 akan mempunyai jarak : 37,1 km = 3.710.000 cm. Sehingga dipeta : 3.710.000: 50.000 = 74,2 cm. Akibatnya I LBD peta 20' x 20' skala 1 : 50.000 di sepanjang khatulistiwa berukuran 74,2 X 74,2 cm. Hal ini tidak praktis dalam pemakaiannya. 5. Lembar Peta Dikarenakan LBD tidak praktis pemakaiannya, karena terlalu lebar. Maka tiap LBD dibagi menjadi 4 bagian dengan ukuran masing-masing 10' X 10' atau 37,1 X 37,1 cm. Tiap-tiap bagian itu disebut Lembar Peta atau Sheet, dan diberi huruf A, B, C, D. Jika skala peta tersebut 1 : 50.000, maka peta itu mempunyai ukuran 50.000 X 37,1 = 1.855.000 cm = 18,55 km (1ihat gambar). 6. Penomoran Lembar Peta a. Meridian (garis bujur) yang melalui Jakarta adalah 106° 48' 27,79" BT, dipakai sebagai meridian pokok untuk penornoran peta topografi di Indonesia. Jakarta sebagai grs bujur 0 b. Panjang dari Barat ke Timur = 46° 20', tetapi daerah yang dipetakan adalah mulai dari 12" sebelah barat meridian Jakarta. Daerah yang tidak dipetakan adalah : 106° 48' 27,79" BT - (12° + 46° 20' BT) = 8' 27,79", daerah ini merupakan taut sehingga tidak penting untuk pemetaan darat. Tetapi penomorannya tetap dibuat Keterangan Daerah pada petak A dituliskan sheet 1/I-A dan titik paling Utara dan paling Barat ada di Pulau Weh. Cara pemberian nomor adalah dari Barat ke Timur dengn angka Arab (1, 2, 3, , 139). Dari Utara ke Selatan dengan angka Romawi (I, II, III LI). LBD selau mempunyai angka Arab dan Romawi. Contoh : LP No. 47[XLI atau SHEET No. 47/XLI. Lembar peta selalu diben huruf, dan huruf itu terpisah dari nomor LBDnya dengan gar's mendatar. Contoh: LP No. 47/XLI - B. c. Pada uraian diatas disebutkan bahwa garis bujur 0° Jakarta selalu membagi dua buah LBD. Maka untuk lembar peta lainnya selalu dapta dihitung berapa derajat atau menit letak lembar peta itu dan' bujur 0° Jakarta Contoh: Lembar Peta No. 39/XL - A terletak diantara garis 7" dan 70 10' LS serta 0° 40' dan 0° 50' Timur Jakarta. Kita harus selalu menyebutkan Lembar Peta tersebut terletak di Barat atau Timur dan' Jakarta. d. Pada Lembar Peta skala 1 : 50.000, LBD-nya dibagi menjadi 4 bagian. Tetapi untuk peta skala 1 : 25.000, 1 LBD-nya dibagi menjadi 16 bagian dan diberi huruf a sampai q dengan menghilangkan huruf j e. Mencari batas Timur dan Selatan suatu.Sheet atau Lembar Peta. Contoh 1. Batas Timur dari bujur 0" Jakarta adalah 47/3 X I = 15" 40' Timur Jakarta atau 15° 40' - 12° = 3° 40' BT Jakarta (batas paling Timur Sheet B). 2. Batas Selatan dan 0° Khatulistiwa adalah 47/3 : 1 = 13" 40' atau 13° 40' 6" = 7° 40' LS. Karena terlatak pada Lembar Peta B dalam 1 LBD, maka dikurangi 10'. Sehingga didapat : 7° 40' - 10' = 7" 30' LS f. Mencari nomor Lembar Peta atau Sheet. Batas Timur Jakarta = 15" 40', sedang batas Selatan adalah 7" 30' LS. + Jumlah LBD ke Timur = 15° 40' X 3 X 1 LBD = 47 LBD + Jumlah LBD ke Selatan 13" 40' X 3 x 1 LBD = 41 LBD (XLI) g. Mencari suatu Posisi/Lokasi Contoh : sebuah pesawat terbang jatuh pada koordinat.- 110° 28' BT dan 7° 30' LS. Cari nomor Lembar Petanya Caranya adalah 1. + 110° 28' - 94" 40' = 15" 48' 15° 48' X 3 = 47t' 24' (batas paling Timur) 2. + 60 + 7" 30' = 13" 30' 130 30' X 3 = 40° 30' (batas paling Selatan) h. Perhitungan di Koordinat Geografis 1. CARA I Luas dari I Sheet peta adalah 10' X 10', seluas 18,55 km X 18,55 km pada peta 1 - 50.000. Sehingga di dapat (10 X 60 - 18,5 5) - 20 = 1,617, dibulatkan menjadi 1,62 (sebagai konstanta). Misal peta yang digunakan peta Sheet No. 47/XLI – B Triangulasi T. 932 terletak pada : 46 mm dari Timur dan 16 mm dari Selatan. 1915 Posisi Sheet 47/XLI – B 1060 48` 27,79" + 30 40' = 110° 28' 27,79" Dari Timur: 46 mm X 1,62 = 1' l4°52" 1100 28' 27,79" BT - 1' 14,52" = 110° 27' 13,27" BT (dikurangi karena semakin mendekati ke titik Jakarta). Dari selatan : 16 mm X 1,62 = 25,92" 7° 30' LS - 25,92" = 7f' 29' 34,08" LS (dikurangi karena semakin mendekati equator). Sehingga titik Triangulasi T. 932 terletak pada koordinat: 110° 27' 13,27" BT dan 7° 29' 34,08" LS. 1915 Untuk penggunaan peta 1 : 25.000, cara penghitungannya sama, hanya konstantanya diubah menjadi 0,81, yang didapat dari : {(5 X 60) : 18,55 1 : 20 = 0,808, dibulatkan menjadi 0,81 Luas dari 1 Sheet peta skala 1 : 25.000 adalah 5' X 5' 2. CARA 11 Dari Timur : 46 mm = (46 : 37,1) X 60 = 1 ' 14,39" 110° 28' 27,79" BT - 1' 14,39" = 11 Of' 27' 13,40" BT Dari Selatan: 16 mm = (16 :37,1) X 60 = 25,87" 7° 30' LS - 25,87" = 7t' 29' 34,13" LS Sehingga titik Triangulasi T. 932 terletak pada koordinat : I I0'' 27' 13,40" BT dan 7° 29' 34,13" LS. 1915 Pada hasil perhitungan Cara I dan Cara II terdapat selisih 0,13" untuk BT dan 0,05" untuk LS. Hal ini tidak jadi masalah karena masih dalam batas toleransi dan koreksi, yaitu kurang dari 1,00". Untuk penggunaan peta 5' X 5', 10' X 10' dan 20' X 20' tetap menggunakan pembagi 37,1. Sebaliknya, Jika ada laporan dengan koordinat gralicule, maka cara menentukan lokasinya pada peta adalah (Contoh) "Satu unit SRU menempati sebuah lokasi dengan koordinat 110° 27' 13,27" BT dan 7° 29' 34,08" LS, tentukan lokasi SRU tersebut pada peta Sheet No. 47/XLI - B" JAWAB : Posisi peta 47/XLI -B : 110° 28' 27,79" BT sehingga 110° 27, 13,27" BT 1 10 "27' 13,27 1' 14,52" - 74,52" 74,52" : 1,62 = 46 mm dari timur, dan ukurlah dengan penggaris Batas Selatan : 7°30' sehingga didapat 7030' LS -7029' 34.08" = 25.92" 25,92" : 1,62 = 16 mm dari selatan dan ukurlah dengan penggaris Titik perpotongan kedua garis tersebut adalah lokasi dari SRU yang dimaksud, yaitu 46 mm dari sisi timur dan 16 mm dari sisi selatan berada di sekitar Tnangulasi T.932 selanjutnya ...

Selasa, April 01, 2014

Kak Azrul Azwar (Mantan Ka Kwarnas) Wafat

Innalillahiwainnalilahi rojiun, telah berpulang ke Rahmatullah, Kakak Azrul Azwar (Mantan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, mohon doa bagi beliau semoga diterima di sisi allah SWT. Amin...selamat jalan Kakak.
Profil beliau pernah kami upload di Blog ini PROFIL KAK AZRUL selanjutnya ...

Jumat, Februari 07, 2014

Karang Pamitran dan Lomba Galang Tangguh 2014

Setelah menggelar Kemah Bakti Pramuka pada 22-24 Desember 2013, kami menggebrak kembali dengan menggelar dua kegiatan sekaligus, Karang Pamitran pada 16 Pebruari 2014 dan Lomba Galang Prestasi pada 8 Maret 2014 ... Kegiatan ini terbuka bagi kakak-kakak pembina dan adik-adik penggalang dari Gugusdepan yang berpangkalan di SD dan SMP se-UPTD BPS IV Kota Surabaya (Ranting Asemrowo, Sukomanunggal, Tandes, Karangpilang, Wiyung, Sambikerep, Lakarsantri, Benowo dan Pakal) dan beberapa ranting di Kwarcab Gresik. Tertarik untuk bergabung!! Silahkan download surat dan juklak/juknis berikut :
Surat
Juklak/Juknis selanjutnya ...

Foto-Foto Kemah Bakti Pramuka 2013

Ini dia foto2 KPB 2013
selanjutnya ...