“Wujudkan Pramuka sebagai Pelaku Perubahan untuk Membangun Bangsa yang Bermartabat”
javascript:void(0)

Senin, Februari 22, 2010


Dalam rangka memperingati hari Baden Powell (BP's day) yang diperingati setiap tanggal 22 Pebruari, berikut saya cuplikkan tentang beliau yang saya ambil dari ensiklopedia online wikipedia.org versi Indonesia.

Robert Stephenson Smyth Baden-Powell, 1st Baron Baden-Powell, OM, GCMG, GCVO, KCB (lahir di Paddington, London, Inggris, 22 Februari 1857 – meninggal di Nyeri, Kenya, 8 Januari 1941 pada umur 83 tahun) ialah tentara, penulis dan pendiri gerakan kepanduan dunia.
Kehidupan awal

Baden-Powell dilahirkan di Paddington, London pada 1857. Dia adalah anak ke-6 dari 8 anak profesor Savilian yang mengajar geometri di Oxford. Ayahnya, pendeta Harry Baden-Powell, meninggal ketika dia berusia 3 tahun, dan ia dibesarkan oleh ibunya, Henrietta Grace smith, seorang wanita yang berketetapan bahwa anak-anaknya harus berhasil. Baden-Powell berkata tentang ibunya pada 1933, "Rahasia keberhasilan saya adalah ibu saya."
Selepas menghadiri Rose Hill School, Tunbridge Wells, Baden-Powell dianugerahi beasiswa untuk sekolah umum Charterhouse. Perkenalannya kepada kemahiran pramuka adalah memburu dan memasak hewan - dan menghindari guru - di hutan yang berdekatan, yang juga merupakan kawasan terlarang. Dia juga bermain piano dan biola, mampu melukis dengan baik dengan menggunakan kedua belah tangan dengan tangkas, dan gemar bermain drama. Masa liburan dihabiskan dengan ekspedisi belayar atau berkanu dengan saudara-saudaranya.
Dia mengarang beberapa buku, diantaranya yakni, jungle book, girl guides, scouiting for boys,aids to scouting, rovering to succes

Karir Ketentaraan

Pada tahun 1876, Baden-Powell bergabung dengan 13th Hussars di India. Pada tahun 1895 dia bertugas dengan dinas khusus di Afrika dan pulang ke India pada tahun 1897 untuk memimpin 5th Dragoon Guards.
Baden-Powell saling berlatih dan mengasah kemahiran kepanduannya dengan suku Zulu pada awal 1880-an di jajahan Natal Afrika Selatan di mana resimennya ditempatkan dan ia diberi penghargaan karena keberaniannya.ada 3 penghargaan yang diberi angkatan perang zulu yaitu:
impressa: serigala yang tak pernah tidur. karena dia sering berjaga-jaga saat malam
kantankye:orang pemakai topi lebar. karena dia selalu memaai topi lebar
m'hlalapanzi:orang bertiarap yang siap menembak.
Kemahirannya mengagumkan dan dia kemudian dipindahkan ke dinas rahasia Inggris. Dia sering bertugas dengan menyamar sebagai pengumpul kupu-kupu, memasukkan rancangan instalasi militer ke dalam lukisan-lukisan sayap kupu-kupunya.
Baden-Powell kemudian ditempatkan di dinas rahasia selama 3 tahun di daerah Mediterania yang berbasis di Malta. Dia kemudian memimpin gerakan ketentaraannya yang berhasil di Ashanti, Afrika, dan pada usia 40 dipromosikan untuk memimpin 5th Dragoon Guards pada tahun 1897. Beberapa tahun kemudian, dia menulis buku panduan ringkas bertajuk "Aids to Scouting", ringkasan ceramah yang dia berikan mengenai peninjau ketentaraan, untuk membantu melatih perekrutan tentara baru. Menggunakan buku ini dan kaidah lain, ia melatih mereka untuk berpikir sendiri, menggunakan daya usaha sendiri, dan untuk bertahan hidup dalam hutan.
Baden-Powell kembali ke Afrika Selatan sebelum Perang Boer dan terlibat dalam beberapa tindakan melawan Zulu. Dinaikkan pangkatnya pada masa Perang Boer menjadi kolonel termuda dalam dinas ketentaraan Britania, dia bertanggung jawab untuk organisasi pasukan perintis yang membantu tentara biasa. Ketika merencanakan hal ini, dia terperangkap dalam pengepungan Mafeking, dan dikelilingi oleh tentara Boer yang melebihi 8.000 orang. Walaupun berjumlah lebih kecil, garnisun itu berhasil bertahan dalam pengepungan selama 217 hari. Sebagian besar keberhasilan itu dikatakan sebagai hasil beberapa muslihat yang dilaksanakan atas perintah Baden-Powell sebagai komandan garnisun. Ranjau-ranjau palsu ditanam, dan tentaranya diperintah untuk menghindari pagar kawat olok-olok (tidak ada) saat bergerak antara parit kubu.
Baden-Powell melaksanakan kebanyakan kerja peninjauan secara pribadi dan membina pasukan kanak-kanak asli untuk berjaga dan membawa pesan-pesan, kadang menembus pertahanan lawan. Banyak dari anak-anak ini kehilangan nyawanya dalam melaksanakan tugas. Baden-Powell amat kagum dengan keberanian mereka dan kesungguhan mereka yang ditunjukkan ketika melaksanakan tugas. Pengepungan itu dibubarkan oleh Pembebasan Mafeking pada 16 Mei 1900. Naik pangkat sebagai Mayor Jendral, Baden-Powell menjadi pahlawan nasional.
Setelah mengurusi pasukan polisi Afrika Selatan Baden-Powell kembali ke Inggris untuk bertugas sebagai Inspektur Jendral pasukan berkuda pada tahun 1903.

Pulang ke Inggris

Setelah kembali, Baden-Powell mendapati buku panduan ketentaraannya "Aids to Scouting" telah menjadi buku terlaris, dan telah digunakan oleh para guru dan organisasi pemuda.
Kembali dari pertemuan dengan pendiri Boys' Brigade, Sir William Alexander Smith, Baden-Powell memutuskan untuk menulis kembali Aids to Scouting agar sesuai dengan pembaca remaja, dan pada tahun 1907 membuat satu perkemahan di Brownsea Island bersama dengan 22 anak lelaki yang berlatar belakang berbeda, untuk menguji sebagian dari idenya. Buku "Scouting for Boys" kemudian diterbitkan pada tahun 1908 dalam 6 jilid.
Kanak-kanak remaja membentuk "Scout Troops" secara spontan dan gerakan Pramuka berdiri tanpa sengaja, pada mulanya pada tingkat nasional, dan kemudian pada tingkat internasional. Gerakan pramuka berkembang seiring dengan Boys' Brigade. Suatu pertemuan untuk semua pramuka diadakan di Crystal Palace di London pada 1908, di mana Baden-Powell menemukan gerakan Pandu Puteri yang pertama. Pandu Puteri kemudian didirikan pada tahun 1910 di bawah pengawasan saudara perempuan Baden-Powell, Agnes Baden-Powell.
Walaupun dia sebenarnya dapat menjadi Panglima Tertinggi, Baden Powell memuutuskan untuk berhenti dari tentara pada tahun 1910 dengan pangkat Letnan Jendral menuruti nasihat Raja Edward VII, yang mengusulkan bahawa ia lebih baik melayani negaranya dengan memajukan gerakan Pramuka.
Pada Januari 1912 Baden-Powell bertemu calon isterinya Olave Soames di atas kapal penumpang (Arcadia) dalam perjalanan ke New York untuk memulai Lawatan Pramuka Dunia. Olave berusia 23, Baden-Powell 55, dan mereka berkongsi tanggal lahir. Mereka bertunangan pada September tahun yang sama dan menjadi sensasi pers, mungkin karena ketenaran Baden-Powell, karena perbedaan usia seperti itu lazim pada saat itu. Untuk menghindari gangguan pihak pers, mereka melangsungkan pernikahan secara rahasia pada 30 Oktober 1912. Dikatakan bahwa Baden-Powell hanya memiliki satu petualangan lain dengan wanita (pertunganannya yang gagal dengan Juliette Magill Kinzie Gordon).
Pramuka Inggris menyumbang satu penny masing-masing dan mereka membelikan Baden-Powel hadiah pernikahan, yaitu sebuah mobil Rolls Royce.

Perang Dunia I dan kejadian-kejadian selanjutnya

Ketika pecah Perang Dunia I pada tahun 1914, Baden-Powell menawarkan dirinya kepada Jabatan Perang. Tiada tanggung jawab diberikan kepada beliau, sebab, seperti yang dikatakan oleh Lord Kitchener: "dia bisa mendapatkan beberapa divisi umum dengan mudah tetapi dia tidak dapat mencari orang yang mampu meneruskan usaha baik Boy Scouts." Kabar angin menyatakan Baden-Powell terkait dalam kegiatan spionase dan dinas rahasia berusaha untuk menggalakkan mitos tersebut.
Baden-Powell dianugerahi gelar Baronet pada tahun 1922, dan bergelar Baron Baden-Powell, dari Gilwell dalam County Essex, pada tahun 1929. Taman Gilwell adalah tempat latihan Pemimpin Pramuka Internasional. Baden-Powell dianugerahi Order of Merit dalam sistem penghormatan Inggris pada tahun 1937, dan dianugerahi 28 gelar lain dari negara-negara asing.
Dalam sajak singkat yang ia tulis, ia menjelaskan bagaimana mengucapkan namanya:
Man, Nation, Maiden
Please call it Baden.
Further, for Powell
Rhyme it with Noël.
Dibawah usaha gigihnya pergerakan Pramuka dunia berkembang. Pada tahun 1922 terdapat lebih dari sejuta pramuka di 32 negara; pada tahun 1939 jumlah pramuka melebihi 3,3 juta orang.
Keluarga Baden-Powell memiliki tiga anak – satu anak laki-laki dan dua perempuan (yang mendapat gelar-gelar kehormatan pada 1929; anak laki-lakinya kemudian menggantikan ayahnya pada 1941:
Peter, kemudian 2nd Baron Baden-Powell (1913-1962)
Hon. Heather Baden-Powell (1915-1986)
Hon. Betty Baden-Powell (1917-2004) yang pada 1936 menikah dengan Gervase Charles Robert Clay (lahir 1912 dan memiliki 3 anak laki-laki dan 1 perempuan)
Tidak lama selepas menikah, Baden-Powell berhadapan dengan masalah kesehatan, dan mengalami beberapa serangan penyakit. Ia menderita sakit kepala terus menerus, yang dianggap dokternya berasal dari gangguan psikosomatis dan dirawat dengan analisa mimpi. Sakit kepala ini berhenti setelah ia tidak lagi tidur dengan Olave dan pindah ke kamar tidur baru di balkon rumahnya. Pada tahun 1934 prostatenya dibuang, dan pada tahun 1939 dia pindah ke sebuah rumah yang dibangunnya di Kenya, negara yang pernah dilawatinya untuk berehat. Dia meninggal dan dimakamkan di Kenya, di Nyeri, dekat Gunung Kenya, pada 8 Januari 1941.
Pada 1938 Royal Academy of Sweden menganugerahkan Lord Baden-Powell dan semua gerakan Pramuka hadiah Nobel Perdamaian untuk tahun 1939. Tapi pada 1939 Royal Academy memutuskan untuk tidak menganugerahkan hadiah untuk tahun itu, karena pecahnya Perang Dunia II.
Pergerakan Pramuka dan Pandu Puteri merayakan 22 Februari sebagai hari B-P, tanggal lahir bersama Robert dan Olave Baden-Powell, untuk memperingati dan meraikan jasa Ketua Pramuka dan Ketua Pandu Puteri Dunia.

Mengenai ketertarikannya pada anak laki-laki

Dua penulis biografi Baden-Powell, Michael Rosenthal dari Columbia University dan Tim Jeal, menganggap bahwa ia adalah homoseksual yang tertekan. Buku Tim Jeal yang diriset selama lebih dari 5 tahun, diterbitkan oleh Yale University Press dan diterima dengan baik oleh New York Times, Washington Post dan penerbitan-penerbitan terkemuka lain.
Selain bukti-bukti lain, Jeal menyebutkan suatu contoh kejadian di bulan November 1919. Ketika mengunjungi Charterhouse, sekolahnya dulu, Baden-Powell tinggal bersama teman lamanya, A. H. Tod, seorang guru lajang dan pemilik rumah yang telah mengambil foto-foto telanjang murid-muridnya sebagai bagian dari kumpulan foto mengenai sekolah. Dalam buku hariannya, Baden-Powell menulis tentang hal ini: "Tinggal dengan Tod. Foto-foto anak laki-laki telanjang dan pohon-pohon yang diambil oleh Tod. Bagus sekali." Dalam surat-surat selanjutnya kepada Tod mengenai memulai gerakan Pramuka di sekolah itu, Baden-Powell menyebut bahwa ia akan segera berkunjung kembali dan menambahkan: "Mungkin saya ingin melihat kembali foto-fotomu yang indah itu."
Foto-foto Tod bertahan sampai tahun 1960-an, ketika mereka dihancurkan mungkin untuk "melindungi reputasi Tod." Namun R. Jenkyns mengatakan bahwa album tersebut mengandung foto-foto anak laki-laki telanjang dalam pose-pose yang, menurut pendapatnya, "dibuat-buat dan artifisial." Tidak ada alasan untuk mencurigai bahwa Tod atau Powell memiliki tujuan buruk, dan foto-foto tersebut dibuat sesuai dengan tradisi pada saat itu mengenai seni yang juga ditampilkan dalam lukisan-lukisan Henry Scott Tuke, foto-foto Baron Wilhelm von Gloeden, dan lain-lain.
Jeal juga menyebutkan bahwa Baden-Powell "...tetap memuji tubuh laki-laki ketika telanjang dan merendahkan tubuh wanita. Di Gilwell park, tempat perkemahan Pramuka di hutan Epping, ia selalu menikmati pemandangan anak-anak laki-laki berenang telanjang, dan kadang-kadang berbincang dengan mereka setelah mereka 'melepas baju mereka.'" (pembicaraan pribadi antara Jeal dan anggota-anggota Pramuka lama).
Walaupun menikmati keindahan anak-anak laki-laki, Baden-Powell tidak diketahui pernah bertindak dalam ketertarikannya dengan anak laki-laki. Sebaliknya, ia sangat teguh berpendapat untuk menekan keinginan seksual, terutama dalam komunikasinya dengan anak-anak laki-laki. Ia memasukkan larangan yang jelas melawan masturbasi dalam panduan-panduan Pramuka awal (sedemikian jelasnya sehingga Cox, penerbitnya, menolak untuk mencetak hal ini sebelum bahasanya diperhalus), dan sampai usia 80-an terus bersurat dengan anggota-anggota Pramuka dan memerintahkan mereka untuk mengendalikan keinginan mereka untuk "merusak diri sendiri." Ia percaya pada pendapat saat itu bahwa hal ini menyebabkan penyakit, kegilaan dan impotensi seksual. Pandangan-pandangannya tidak disetujui oleh semua orang. Dr. F. W. W. Griffin, editor The Scouter, menulis pada 1930 dalam buku untuk Rover Scouts bahwa godaan untuk bermasturbasi adalah "tahapan yang cukup alami dalam perkembangan" dan merujukkan anggota-anggota Pramuka kepada sebuah buku oleh H. Havelock Ellis yang berpendapat bahwa "usaha untuk mencapai hidup tanpa seks adalah kesalahan serius." (Tim Jeal, Baden-Powell: Founder of the Boy Scouts 1989, hal. 93-94)

Rujukan

Robert Baden-Powell "Scouting for Boys", London, 1907
Hilary Saint George Saunders, "The Left Handshake", London, 1948
William Hillcourt (with Olave, Lady Baden-Powell) "Baden-Powell, Two Lives Of A Hero", Putnam, 1964
Tim Jeal "Baden-Powell, Founder of the Boy Scouts", London, 1989

Pranala luar
Pramuka Perak
Baden-Powell
Keluarga Baden-Powell
Pesan Terakhir pada Pramuka
Jambore
Galeri Foto
Perpustakaan
Perjalanan Dunia
selanjutnya ...

Tiap Pramuka Menolong Satu Orang

oleh : Berthold Sinaulan

Senin, 22 Februari 2010 bertepatan dengan Hari Baden-Powell (Baden-Powell's Day atau di beberapa negara lain disebut Founder's Day). Tanggal itu diperingati para pandu di seluruh dunia, termasuk para anggota Gerakan Pramuka.

Pada 22 Februari 1857, lahirlah seorang anak bernama Robert Stephenson Smyth Baden-Powell di Inggris. Dia kemudian berkarier dalam dinas militer dan di usia tuanya mengajak anak-anak dan remaja di negaranya untuk berkegiatan di alam terbuka sambil belajar berbagai hal positif.

Sistem pengajarannnya adalah belajar sambil bermain, dilakukan di alam terbuka secara berkelompok, dan saling tolong-menolong antarmereka setiap saat. Lahirlah gerakan kepanduan, sebagai pelengkap pendidikan di lingkungan keluarga dan pendidikan di lingkungan sekolah.

Gerakan kepanduan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Baden-Powell yang kemudian diberi gelar kebangsawanan Lord atas dedikasinya itu, selanjutnya secara aklamasi oleh puluhan juta pandu di seluruh dunia dinyatakan sebagai Bapak Pandu Sedunia.

Tiap 22 Februari, para pandu di seluruh dunia memperingati tanggal kelahirannya. Ada beragam acara peringatan, namun yang terpenting adalah mengulang janji seperti diajarkan Baden-Powell untuk selalu bertakwa kepada Tuhan, membela negara, dan siap menolong orang yang membutuhkan bantuan.

Maka, pada 22 Februari 2010 ini, baiklah para anggota Gerakan Pramuka yang tercatat sejumlah 17 juta orang di World Organization of the Scout Movement, melakukan hal yang sama. Tiap Pramuka menolong satu orang pada hari ini, berarti sudah ada 17 juta orang yang ditolong.

Selamat Hari Baden-Powell.

diambil dari Wikimu.com
selanjutnya ...

Selasa, Februari 09, 2010

Cegah Nikah Dini, Wajib Pramuka 3 Tahun

SURABAYA POST -- Desa Ngadisari, Kec. Sukapura, Kab, Probolinggo mempunyai aturan unik tentang pernikahan. Bagi warganya yang akan menikah, diwajibkan sudah berijazah SMA. Peraturan yang ditetapkan oleh pengurus desa setempat itu, berlaku sejak Januari 2010 lalu.

Sejak peraturan pengantin harus berijazah SMA, sebanyak 3 pasang pengantin melangsungkan pernikahan di hadapan dukun Tengger. ”Ketiga pasang itu menikah bulan Januari lalu, bulan Februari ini belum ada yang menikah,” ujar Kepala Desa Ngadisari, Supoyo MM, Senin (8/2).

Selain memacu warga untuk lebih berpendidikan formal lebih tinggi, peraturan itu juga diharapkan menghindari perkawinan usia dini. Dengan menamatkan SMA, remaja Tengger yang ingin menikah paling tidak berusia 19 tahun.

Uniknya, bagi warga yang tidak mungkin lagi menempuh pendidikan formal di bangku sekolah reguler, dipersilakan mengikuti kelompok belajar (Kejar) Paket B (setara SMP) dan Paket C (setara SMA). Pada 2009 lalu misalnya, sebanyak 50 anak lulus mengikuti Kejar Paket B, dan 35 lulus Kejar Paket C.

”Di tahun 2010 ini, sebanyak 87 orang mengikuti Kejar Paket C dan 12 orang pada Kejar Paket B,” ujar Supoyo. Diharapkan di tahun 2011 mendatang, tidak ada lagi warga yang tidak tamat SMA atau Kejar Paket C, apalagi sampai buta huruf.

Supoyo mengakui, peraturan yang menggariskan warga yang menikah harus lulus SMA dilakukan bertahap. ”Sebelumnya, kami membuat peraturan, warga Ngadisari yang mau menikah harus lulus SMP atau Kejar Paket B, sejak 2010 ditingkatkan harus lulus SMA,” ujarnya.

Bahkan, di tahun 2009 lalu, demi mengulur waktu agar remaja Tengger tidak menikah dini, pihak desa mengimbau lulusan SD yang tidak melanjutkan sekolah diminta mengikuti kegiatan Pramuka di Balai Desa. ”Setamat SD mereka masih berusia 13 tahun, sehingga perlu mengikuti kegiatan Pramuka sekitar 3 tahun sampai usianya 16 tahun,” ujar Supoyo.

Meski mewajibkan warganya lulus SMA sebelum menikah, Desa Ngadisari belum mempunyai SMA. ”Sekolah yang berdiri di sini mulai PAUD, TK, SD, dan SMP,” ujarnya.

Supoyo berharap, Pemkab Probolinggo bersedia memfasilitasi berdirinya SMA/SMK. “Ngadisari yang daerahnya pertanian sayur-mayur dan punya objek wisata Gunung Bromo perlu SMK jurusan pertanian atau pariwisata,” ujarnya.
selanjutnya ...